Halaman Kami


Monday 27 February 2012

Mari Menanam Pohon Tanpa Membeli Bibit


Bagi orang kota yang awam dengan dunia pertanaman, bibit pohon selama ini identik diperoleh dengan cara membeli. Sebagian memang tidaklah mahal harganya, namun kalau kita bisa mempersiapkan bibit sendiri mengapa harus membeli?.


Sewaktu SD dulu untuk pertama kalinya saya berkenalan dengan teori memperbanyak tanaman secara “vegetatif” (bener nggak ya istilahnya?). Dari teori tersebut, saya jadi tahu bahwa selain melalui biji, tanaman dapat diperbanyak lewat teknik “stek”, “cangkok”, “okulasi”, “umbi” dan “anakan”. Dari semua teknik itu, saya menyukai teknik stek, umbi dan anakan karena kepraktisannya.



Menanam dengan Stek

Secara sederhana, waktu itu saya pahami teknik “stek” sebagai teknik potong batang dan tancapkan. Sementara teknik “anakan” saya pahami sebagai lihat anak-pisahkan dari induk-dan tanam. (hahaha…indahnya dunia kalau praktek teori sesederhana itu :D)

Senangnya SD jaman saya, jam 12 siang saya sudah sapai rumah. Jadi banyak waktu bisa dipergunakan untuk aktifitas lainnya bersama teman-teman. Salah satu aktifitas yang cukup menyenngkan saat itu adalah berburu tanaman untuk distek dan di anakan.

Awalnya saya hantam kromo, semua batang tanaman yang saya temukan saya potong dan tancapkan (setelah ijin ke tetangga untuk mengambil batang tanamannya tentunya). Hasilnya, hahahaha, tentu saja banyak yang mati karena memang teknik stek hanya bisa diaplikasikan untuk tanaman tertentu.

Dari pengalaman potong dan tancap itu, saya akhirnya tahu bahwa tanaman pedang-pedangan, dan tanaman bunga seperti mawar, melati, kacapiring, dan soka dapat diperbanyak dengan cara di stek.

Tidak perlu teori yang ribet, cukup siapkan media tanam(waktu itu saya pakai tanah lapangan bola di tambah lumpur selokan depan rumah plus sampah daun kering) . Pilih batang stek yang tidak tua dan tidak terlalu muda, pilih yang mengandung tunas dan daun muda. Potong secara potogan bambu runcing, lalu tancapkan, kira-kira kedalaman 2-4 cm.

Ini contoh stek


Stek Mulberry (sumber: http://alonrider.wordpress.com)

Untuk perawatannya, setiap pagi dan sore hari disiram air selokan, dan seminggu sekali disiram air cucian beras. Hasilnya, tanaman melati yang saya tanam bisa hidup sampai sekarang. Tanaman soka saya bisa hidup sampai saya menjelang SMA. Sementara saya tidak terlalu sukses dengan mawar (hidup tapi bunganya nggak bagus).

Menanam dengan anakan

Kalau teknik ini saya gunakan untuk memperbanyak tanaman cocor bebek, pedang-pedangan, pandan, pisang. Ciri tanaman yang bisa di anakan sangat mudah dikenali. Lihat apakah disekitar tanaman induk ada tanaman serupa yang masih anak. Kalau ada, itu tandanya sang anak bisa kita pakai sebagai tanaman baru.

Pandan dan anaknya (sumber: www.sumedi.net)


Cocor bebek (sumber: www.pbase.com)


Cara tanamnya juga mudah. Cukup pisahkan anak dari tanaman induknya, siapkan media tanam dan timbun bagian akar anak dengan media tanam.

Menanam dengan Umbi

Kalau teknik ini saya gunakan untuk memperbanyak tanaman jahe dan sodara-sodaranya (Kunyit, lengkuas, temulawak). Caranya cukup ambil satu umbi jahe, kunyit, lengkuas (ijin dulu ya sama Ibu, hahahaha). Kalau bisa yang sudah ada tunasnya.




Siapkan media tanam, timbun dengan media tanam, biarkan tunasnya tetap berada di atas media tanam. Lalu siram seperti tanaman lain.


Mari Menanam

Semua yang saya tulis di atas adalah pengalaman saya waktu SD dulu (yang sayangnya tidak saya seriusi sampai sekarang). Saya yakin banyak kompasianer yang lebih berkompeten mengenai tanam-menanam. Kalau ada masukan lain yang praktis tentunya sangat diharapkan.

Pada akhirnya, bagian yang terpenting adalah mencobanya. Ayo kita berburu tanaman tetangga untuk ditanam di halaman kita. Nggak usah khawatir mengenai terbatasnya pekarangan kita, atau pot tanamannya. Gunakan botol minuman kemasan plastik cukup menjadi jawabannya :)


Tulisan lain yang mungkin bermanfaat


No comments:

Post a Comment